Nah ternyata 70% penyebab polusi udara terjadi karena gas kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor sendiri menggunakan bahan bakar seperti bensin atau solar agar bisa beroperasi. Kedua bahan bakar ini mengeluarkan gas karbon monoksida yang menjadi penyebab polusi udara. Jika dihirup dalam jangka panjang bisa menimbulkan penyakit. © Kemendikbud
JAKARTA, - Baru-baru ini viral video di media sosial yang menunjukkan seorang petugas SPBU yang melakukan kuras tangki bahan bakar lantaran salah melakukan isi bahan bakar. Petugas tersebut melakukan kesalahan mobil mesin diesel Dextalite menggunakan jenis bensin Pertalite. Tidak diketahui penyebab utamanya, tapi besar kemungkinan karena pihak bersangkutan kurang informasi serta kurang konsentrasi saat melakukan pengisian bahan terdengar sepele, tetapi ini merupakan kesalahan fatal bagi kendaraan yang menjadi korban. Perbaikan kendaraan bakal membutuhkan upaya yang besar dan biaya yang jauh dari kata murah. Kesalahan ini tentunya akan memberikan dampak besar pada komponen mesin. Bahkan kesalahan ini bisa menyebabkan terjadinya kerusakan dua komponen vital, yakni fuel injection pump atau pompa injeksi bahan bakar dan juga nozzle. Baca juga Mobil Diesel Diisi Pertalite, Petugas SPBU Kuras Tangki Mobil Lantas, bagaimana jika mobil bensin yang diisi solar, apa dampak apa yang akan terjadi pada mobil terkait? Service Head Auto2000 Bekasi Sapta Agung Nugraha mengatakan, ada beberapa komponen terkait di kendaraan yang kemungkinan besar akan rusak. Auto2000 Ilustrasi servis mobil di dealer Auto2000“Hal pertama yang mungkin terjadi ialah kinerja mesin tak dapat bekerja optimal bahkan bisa mogok. Sehingga tangki bahan bakar harus dikuras termasuk saluran-salurannya,” ucap Sapta saat dihubungi belum lama ini. Sapta menjelaskan, mesin bensin menggunakan bahan bakar bensin di mana untuk proses pembakarannya digunakan busi sparkplug. “Sedangkan mesin diesel cara kerjanya adalah dengan melakukan kompresi terhadap udara, selanjutnya udara bertekanan tinggi dan suhu tinggi dipicu pembakaran dengan solar,” ujarnya. Baca juga Leasing Bisa Sita Kendaraan Tanpa Proses Pengadilan Sementara itu Dealer Technical Support Dept Head PT Toyota Astra Motor TAM Didi Ahadi mengtakan, cukup mudah bagi pengemudi untuk menyadari apakah bahan bakar yang digunakan sudah sesuai atau belum ketika baru saja keluar dari SPBU setempat. “Ketika kinerja mesin tampak beda siginifikan dan yakin kalau salah isi jenis bahan bakar, langsung saja matikan mesin. Towing mobil ke bengkel agar dilakukan penanganan segera termasuk kuras,” kata Didi. Didi melanjutkan, jangan dipaksakan untuk mobil terus berjalan karena jika mogok di jalan akan sangat menyulitkan. “Di samping itu kerusakan juga bisa semakin fatal pada engine,” ucapnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
11November 2021 21:47 Jawaban terverifikasi Jawaban= B. Tidak mengahasilkan polisi udara Kendaraan listrik cenderung senyap dan tidak menimbulkan polusi. Kendaraan Listrik juga tidak perlu memerlukan perawatan ekstra karena komponen yang bergerak jauh lebih sedikit dari kendaraan berbahan bakar bensin atau solar. Beri Rating · 5.0 ( 1) Balas- Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal KPBB, Ahmad Safrudin mengimbau masyarakat untuk berhenti menggunakan BBM berkualitas Ahmad BBM seperti Pertalite, Premiun, Solar48 dan Dexlite buruk bagi lingkungan dan dapat merusak mesin kendaraan."Harus ada pendidikan publik sebagai gerakan terkait hal ini sehingga masyarakat memahami adanya kerugian kalau menggunakan keempat jenis BBM tersebut," ucap Ahmad saat dihubungi reporter Tirto Selasa 30/8/2019.Ahmad mengatakan bagi Premium beroktan 88 dan Pertalite beroktan 90, masyarakat perlu memahami bahwa kedua jenis BBM ini memiliki oktan rendah di bawah 92 meski harganya kendaraan yang menggunakannya akan mengalami lebih banyak knocking yang artinya pemborosan BBM juga semakin mempercepat kerusakan pada itu BBM ini juga memperbesar emisi CO dan HC yang buruk buat Pertalite hanya memiliki bilangan oktan dua poin lebih rendah dari Pertamax di angka 92, Ahmad mengingatkan hal ini tetap buruk dengan Premium yang memiliki oktan bagi BBM jenis diesel juga sama buruknya. Ahmad menyebutkan Solar48 dan Solar Dexlite memiliki kadar belerang yang tinggi yaitu 2500 ppm Dexlite 1200 ppm sehingga menyebabkan pelepasan konsentrasi polutan cukup tinggi untuk jenis PM10, dan SO2."Untuk itu harus segera dihentikan produksi dan penjualan BBM tidak ramah lingkungan di kawasan padat seperti di Jakarta," ucap fakta-fakta itu, Ahmad juga menilai bahwa anggapan bahwa BBM seperti Premium, Pertalite, Solar dan Dexlite untuk kalangan bawah sebenarnya jika diperhitungkan dengan seksama, penggunaan empat bahan bakar itu menghasilkan ongkos yang penggunaannya akan menyebabkan kerusakan spare part kendaraan terutama piston, arm piston, busi dan lainnya. Kedua, empat jenis bahan bakar ini sebenarnya boros dan hanya menghasilkan jarak tempuh yang lebih anggapan BBM ini murah terbantahkan karena ongkos yang ditanggung masyarakat jadi besar."Adalah salah dan cenderung menyesatkan jika orang miskin yg memerlukan Premium88, Pertslite90, Solar48 dan Dexlite. Justru penggunaan keempat jenis BBM ini jadi mahal. Justru merugikan kalangan menengah ke bawah," ucap Ahmad. - Sosial Budaya Reporter Vincent Fabian ThomasPenulis Vincent Fabian ThomasEditor Nur Hidayah Perwitasari
Makalahini akan mengulas dampak pencemaran udara yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan maupun lingkungan khususnya kendaraan bermotor dengan bahan bakar fosil-bensin dan solar. Dampak Terhadap Kesehatan Senyawa-senyawa di dalam gas buang terbentuk selama energi diproduksi untuk mejalankan kendaraan bermotor.
UNAIRNEWS - Limbah plastik yang berceceran dan berpotensi mengganggu lingkungan di tempat-tempat pemrosesan akhir sampah (TPA), ditangan mahasiswa jurusan Ilmu dan Teknologi Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga, berhasil dibuat sebagai bahan bakar berupa bensin dan solar dan bisa digunakan untuk motor dan mobil.
Berbandingterbalik, bahan bakar solar dengan setana yang rendah tidak dapat menjalankan mesin dengan efektif. Diesel dengan setana rendah memperlambat kinerja mesin sehingga menghasilkan nilai emisi yang jauh lebih tinggi. Sehingga dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan.
Sementarakonsumen juga rugi karena kendaraannya akan cepat rusak akibat memakai BBM kualitas rendah sejenis Premium dan Solar. Ekonom dari Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudistira, mengatakan, pada tahun 2018 Pertamina harus menanggung kerugian sebesar Rp 23 triliun akibat menjual BBM subsidi jenis Premium
XsAr8i.