terjawabIndonesia mampu menghasilkan karet lebih besar daripada Amerika Serikat. Kondisi ini menunjukkan negara Indonesia memiliki kunggulan yang disebut.. 1 Lihat jawaban Iklan KAI50 ABSOLUTE ADVANTAGE Indonesia memiliki produksi karet dengan jumlah besar dan amerika kemungkinan melakukan impor Iklan Pertanyaan baru di PPKn
Abstrak Karet alam Indonesia berperan penting dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui ekspor karet alam ke berbagai negara, termasuk ke Amerika Serikat. Dalam upaya mengembangkan ekspor karet alamnya, Indonesia perlu melakukan kalkulasi posisi dan daya saing karet alam di antara negara-negara pesaing serta peluang pasarnya ke Amerika Serikat yang memiliki permintaan impor relatif tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis struktur pasar, serta keunggulan komparatif dan kompetitif karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat. Analisis dilakukan selama periode tahun 2008-2019 menggunakan metode Herfindahl Index HI, Concentration Ratio CR4, Revealed Comparative Advantage RCA, Export Product Dynamic EPD, dan Diamond’s Porter. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar karet alam Indonesia cenderung oligopoli. Dibandingkan dengan negara-negara eksportir lainnya, karet alam Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar Amerika Serikat. Keunggulan kompetitif karet alam Indonesia di Amerika Serikat mengalami penurunan dari posisi lost opportunity pada periode pertama 2008-2011 menjadi retreat pada periode ketiga 2016-2019. Hasil dari Diamond’s Porter menunjukkan bahwa terdapat tujuh faktor keunggulan kompetitif dan tiga faktor kelemahan dalam industri karet alam di Indonesia. Kata Kunci Concentration Ratio, Diamond’s Porter, EPD, Herfindahl Index, RCA Abstract Indonesian natural rubber plays a significant role in improving the national economy through exports of natural rubber to various countries, including the United States. In an effort to develop its natural rubber exports, Indonesia needs to calculate the position and competitiveness of natural rubber among competing countries and its market opportunities to the United States, which has a relatively high import demand. The purpose of this study is to analyze the market structure, as well as the comparative and competitive advantages of Indonesian natural rubber in the United States market. The analysis was carried out during the period 2008-2019 using the methods Herfindahl Index HI, Concentration Ratio CR4, Revealed Comparative Advantage RCA, Export Product Dynamic EPD, and Diamond's Porter. The results of the analysis show that the structure of the Indonesian natural rubber market tends to be an oligopoly. Compared to other exporting countries, Indonesian natural rubber has a comparative advantage in the United States market. The competitiveness of Indonesian natural rubber in the US decline over time from the lost opportunity position in the first period 2008-2011 to retreat in the third period 2016-2019. The Diamond's Porter results show that there are seven competitive advantage factors and three weakness factors in Indonesia's natural rubber industry. Keywords Concentration Ratio, Diamond’s Porter, EPD, Herfindahl Index, RCA JEL Classification F13, F15, F18 Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT Market Structure and Competitiveness of Indonesian Natural Rubber in the United States 1Birka Septy Meliany, 2Yusman Syaukat, 2Hastuti1Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, 2Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16880, Indonesia Email septybirka Naskah diterima 19/08/2021; Naskah direvisi 10/12/2021; Disetujui diterbitkan 14/12/2021; Dipublikasikan online 24/12/20211 Abstrak Karet alam Indonesia berperan penting dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui ekspor karet alam ke berbagai negara, termasuk ke Amerika Serikat. Dalam upaya mengembangkan ekspor karet alamnya, Indonesia perlu melakukan kalkulasi posisi dan daya saing karet alam di antara negara-negara pesaing serta peluang pasarnya ke Amerika Serikat yang memiliki permintaan impor relatif tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis struktur pasar, serta keunggulan komparatif dan kompetitif karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat. Analisis dilakukan selama periode tahun 2008-2019 menggunakan metode Herfindahl Index HI, Concentration Ratio CR4, Revealed Comparative Advantage RCA, Export Product Dynamic EPD, dan Diamond’s Porter. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar karet alam Indonesia cenderung oligopoli. Dibandingkan dengan negara-negara eksportir lainnya, karet alam Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar Amerika Serikat. Keunggulan kompetitif karet alam Indonesia di Amerika Serikat mengalami penurunan dari posisi lost opportunity pada periode pertama 2008-2011 menjadi retreat pada periode ketiga 2016-2019. Hasil dari Diamond’s Porter menunjukkan bahwa terdapat tujuh faktor keunggulan kompetitif dan tiga faktor kelemahan dalam industri karet alam di Indonesia. Kata Kunci Concentration Ratio, Diamond’s Porter, EPD, Herfindahl Index, RCA Abstract Indonesian natural rubber plays a significant role in improving the national economy through exports of natural rubber to various countries, including the United States. In an effort to develop its natural rubber exports, Indonesia needs to calculate the position and competitiveness of natural rubber among competing countries and its market opportunities to the United States, which has a relatively high import demand. The purpose of this study is to analyze the market structure, as well as the comparative and competitive advantages of Indonesian natural rubber in the United States market. The analysis was carried out during the period 2008-2019 using the methods Herfindahl Index HI, Concentration Ratio CR4, Revealed Comparative Advantage RCA, Export Product Dynamic EPD, and Diamond's Porter. The results of the analysis show that the structure of the Indonesian natural rubber market tends to be an oligopoly. Compared to other exporting countries, Indonesian natural rubber has a comparative advantage in the United States market. The competitiveness of Indonesian natural rubber in the US decline over time from the lost opportunity position in the first period 2008-2011 to retreat in the third period 2016-2019. The Diamond's Porter results Published by Trade Analysis and Development Agencies, Ministry of Trade. This is an open access article under the CC BY-NC-SA license Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 235 show that there are seven competitive advantage factors and three weakness factors in Indonesia's natural rubber industry. Keywords Concentration Ratio, Diamond’s Porter, EPD, Herfindahl Index, RCA JEL Classification F13, F15, F18 PENDAHULUAN Perdagangan internasional berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa antar negara Darazo & Adaramola, 2021 dan secara substansial telah memengaruhi pembangunan ekonomi regional dan kesejahteraan manusia di dunia Xu et al., 2020. Sektor pertanian memiliki peran penting dalam perdagangan Indonesia Sugiharti et al., 2020 terutama dalam menghadapi goncangan ekonomi dan terbukti andal dalam pemulihan perekonomian nasional Basmar et al., 2021. Salah satu subsektor di sektor pertanian yang memiliki potensi besar adalah subsektor perkebunan. Karet alam 400122 merupakan komoditas perkebunan peringkat dua setelah kelapa sawit yang memberikan kontribusi besar dalam penerimaan devisa Indonesia Alvis & Si, 2021. Produksi karet Indonesia tahun 2018 sebesar 3,63 juta ton, sekitar 2,81 juta ton diekspor atau sekitar 77% dari produksi karet nasional diekspor Ditjenbun, 2020. Berdasarkan data dari FAO 2020 Indonesia merupakan negara produsen kedua karet alam di dunia setelah Thailand dengan kontribusi 32% dari total produksi karet alam dunia. Amerika Serikat menjadi salah satu pangsa pasar karet alam yang mendominasi di dunia Nainggolan & Budyanra, 2020 dan juga merupakan negara tujuan importir utama bagi Indonesia. Hal ini dibuktikan dari pangsa pasar Indonesia di pasar Amerika Serikat pada periode 2008 - 2019 yang memiliki nilai kontribusi ekspor karet alam terbesar di antara eksportir lainnya yaitu sebesar 71,96% Gambar 1. Gambar 1. Pangsa Eksportir Karet Alam Dunia di Amerika Serikat, 2008-2019 Sumber UN Comtrade 2020, diolah Kandungan karet alam di dalam ban tidak bisa kurang dari 35%, sehingga ketergantungan terhadap karet alam tinggi Fardian, 2014. Sebagian besar hasil produksi karet Indonesia, Gading, Lain-Lain, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 alam dunia digunakan untuk membuat ban, sedangkan sisanya dipakai untuk produk lainnya Setyawati et al., 2014. Salah satu perusahaan ban terbesar di dunia berkantor pusat di Akron, Ohio, Amerika Serikat yaitu “Goodyear Tire and Rubber Company” Chaplinsky & Estey, 2017. Hal ini mengindikasikan bahwa penguasaan pasar karet alam di Amerika Serikat menjadi peluang yang besar bagi Indonesia, sehingga terdapat peningkatan terhadap permintaan ekspor yang mendorong daya saing karet alam Indonesia agar mampu bersaing di Amerika Serikat. Lingkungan persaingan karet alam antar negara eksportir utama di Amerika Serikat perlu diperhatikan dalam struktur pasar. Struktur pasar merujuk pada jumlah dan ukuran distribusi perusahaan dalam pasar serta mudah atau sulitnya masuk dan keluar dari pasar Hamzah et al., 2018. Rizkyanti 2017 menemukan bahwa struktur industri karet dan barang karet periode 2009 cenderung bersifat oligopoli, sehingga pengawasan yang ketat dari pihak pemerintah diperlukan untuk menghindari dampak-dampak negatif terhadap konsumen. Struktur pasar karet alam dalam lingkup provinsi, hasil sejenis ditemukan dengan adanya lembaga pemasaran yang dominan dalam penentuan harga Amalia et al., 2013. Ambarwati 2019 menemukan bahwa antara periode 2011 hingga 2015, struktur pasar karet alam masih berbentuk oligopoli melalui perhitungan Herfindahl Index HI dan Concentration Ratio CR. Kekuatan daya saing komoditas karet alam secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen karet alam dibandingkan dengan negara lainnya dalam pasar karet di Amerika Serikat dapat dilihat melalui metode Revealed Comparative Advantage RCA French, 2017. Indonesia memiliki keunggulan daya saing komparatif di sektor primer di perkebunan dengan nilai RCA Indonesia yang lebih tinggi dibanding negara pesaing ASEAN lainnya Jayadi & Aziz, 2017. Berdasarkan penelitian Daulika et al., 2020 daya saing ekspor karet alam Indonesia di pasar internasional memiliki keunggulan komparatif dilihat dari tahun 1995-2017 dengan nilai rata-rata RCA> 1 yaitu sebesar 1,01. Analisis dengan metode Export Product Dynamics EPD juga dilakukan guna menganalisis apakah karet alam Indonesia dalam performa yang dinamis atau tidak di Amerika Serikat. Meskipun tidak semua produk Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 237 memiliki nilai ekspor yang tinggi, bukan berarti produk tersebut tidak memiliki daya saing Prasada & Dhamira, 2021. Analisis keunggulan kompetitif juga dilengkapi dengan model Diamond’s Porter untuk menganalisis kondisi dari faktor-faktor determinan keunggulan kompetitif Porter, 1990. Berdasarkan paparan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar, serta keunggulan komparatif dan kompetitif karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat periode 2008 hingga 2019. METODE Studi tentang daya saing karet alam telah banyak dilakukan. Beberapa contoh studi yang berkaitan dengan karet alam telah dilakukan oleh Rizkyanti 2017, Muharami & Novianti 2018, Daulika et al. 2020, dan Nainggolan & Budyanra 2020. Penelitian ini akan memberikan fokus kajian daya saing yang mendalam ke pasar Amerika Serikat dan mengidentifikasi performa dan kondisi dari faktor determinan karet alam Indonesia. Data utama penelitian bersumber dari UN-Comtrade, baik data nilai ekspor per negara dan total dunia. Sedangkan data lain untuk melengkapi analisis bersumber dari Food and Agriculture Organization FAO, International Monetary Fund IMF, Kementerian Pertanian, dan World Bank. Terkait dengan agregasi komoditas karet alam maka digunakan kode HS 400122 Technical Specified Natural Rubber karet alam agar informasi yang diperoleh menjadi lebih detail dan berdasarkan kepentingannya dalam perdagangan di pasar dunia terutama di pasar Amerika Serikat. Selain itu pertimbangan lain adalah terkait ketersediaan data yang ada. Jenis data yang digunakan berupa data tahunan time series periode 2008 hingga 2019. Observasi tersebut kemudian dibagi menjadi tiga periode analisis dikarenakan peralihan pemerintahan yang terjadi di Amerika Serikat selama empat tahun sekali. Implementasi kebijakan perdagangan sebagian besar berpusat dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan, sehingga dapat memengaruhi perdagangan internasional Sanchez, 2019. Periode pertama dan kedua dalam analisis ini berada pada tahun 2008-2011 dan tahun 2012-2015 yaitu pemerintahan Barack Obama. periode analisis ketiga berada pada tahun 2016-2019 yaitu pemerintahan Donald Trump. Cakupan level analisis adalah negara tujuan ekspor utama karet alam 238 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 Indonesia yaitu Amerika Serikat. Negara-negara pesaing Indonesia ditetapkan adalah Thailand, Malaysia, dan Pantai Gading dengan asumsi kesamaan dukungan sumber daya dan juga faktor kelengkapan data yang dibutuhkan dibandingkan negara-negara lainnya. Peta struktur pasar, tingkat daya saing baik komparatif maupun kompetitif maka digunakan metode Herfindahl Index HI, Concentration Ratio CR, Revealed Comparative Advantage RCA, Export Product Dynamics EPD, dan Diamond’s Porter. Metode HI dan CR digunakan untuk menganalisis stuktur pasar. Metode RCA dan EPD digunakan untuk menganalisis daya saing komparatif. Metode Diamond’s Porter digunakan untuk menganalisis daya saing kompetitif. Herfindahl Index HI dan Concentration Ratio CR Analisis struktur pasar karet alam Indonesia dan negara pesaingnya di Amerika Serikat menggunakan indikator Herfindahl Index HI dan Concentration Ratio CR. Pangsa pasar karet dapat diperoleh dengan membandingkan ekspor suatu negara dengan total ekspor karet alam keseluruhan negara eksportir ke pasar Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor. Berikut adalah formula Herfindahl Index Sleuwaegen, 1989     ………………………….1 Dimana Si adalah pangsa pasar produk karet alam negara eksportir; n adalah jumlah negara eksportir; i adalah negara eksportir Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Pantai Gading. HI memiliki kisaran nilai antara 0 dan 1 atau yang merupakan kuadrat dari 100%. Apabila nilai HI mendekati 0 berarti struktur pasar industri terkait cenderung mengarah kepada pasar persaingan competitive market. Jika nilai HI mendekati 1 atau maka struktur pasar industri tersebut cenderung berkonsentrasi tinggi Tabel 1. Tabel 1. Ketentuan Herfindahl Index HI Tingkat konsentrasi pasar Sumber Sleuwagen 1989 Concentration Ratio adalah persentase dari pangsa pasar n produsen terbesar dalam industri, n merupakan angka yang menunjukkan jumlah produsen. Concentration Ratio biasanya terdiri atas empat atau delapan negara eksportir utama CR4 Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 239 dan CR8. Perhitungan Concentration Ratio dapat menggunakan jumlah dari pangsa pasar eksportir di negara tujuan Sleuwaegen, 1989 yaitu ………...…2 Penelitian ini menggunakan Concentration Ratio yang merupakan total pangsa pasar keempat negara eksportir pada tahun 2008-2019. Keempat eksportir yang diteliti adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Pantai Gading. Tabel 2. Ketentuan Concentration Ratio Tingkat konsentrasi pasar Tingkat konsentrasi rendah Pasar persaingan sempurna Tingkat konsentrasi sedang Tingkat konsentrasi tinggi Persaingan oligopoli hingga monopoli Sumber Sleuwagen 1989 Nilai CR4 terdiri dari jumlah pangsa pasar empat produsen atau terbesar di dalam sebuah pasar produk. Pada penelitian ini apabila nilai CR4 rendah maka banyak produsen di suatu negara yang mengekspor produk karet alam ke Amerika Serikat sehingga persaingan pasar sangat tinggi, sedangkan nilai CR4 yang tinggi menunjukkan ada produsen besar yang mendominasi pasar karet alam di Amerika Serikat. Revealed Comparative Advantage Analisis daya saing komoditas ekspor karet alam menggunakan indikator revealed comparative advantage RCA. Klasifikasi penilaian daya saing komoditas karet alam dikatakan memiliki daya saing tinggi keunggulan komparatif apabila nilai RCA di atas 1, sedangkan nilai RCA di bawah 1 maka dikatakan memiliki daya saing rendah. Formula RCA tersebut disajikan sebagai berikut IMF, 2011 RCA = Xij/Xj/Xiw/Xw………….……..3 Dimana Xij adalah nilai ekspor komoditas karet alam negara j; Xj adalah total seluruh komoditas negara j, Xiw adalah ekspor komoditas karet alam dunia; Xw adalah total seluruh komoditas dunia. Export Product Dynamic EPD Metode EPD digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi karet alam Indonesia serta negara pesaingnya yang kompetitif dan berdaya saing tinggi, serta memiliki pertumbuhan produk yang cepat dalam arus perdagangan ekspor di Amerika Serikat. EPD juga dapat mengetahui dinamis 240 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 atau tidaknya performa karet alam, dengan melihat kontinuitas ekspor komoditas tersebut Tabel 3. Tabel 3. Matriks posisi pasar EPD Share of Indonesia in emerging market Share of natural rubber in emerging trade Sumber Esterhuizen 2006 Empat kategori posisi pasar pada tabel dapat dibentuk ke dalam scatter plot yang merepresentasikan kekuatan bisnis sumbu X dan daya tarik pasar sumbu Y Gambar 2. Posisi pasar yang ideal pada kuadran I yang menunjukkan posisi rising star, artinya karet alam Indonesia menjadi produk yang dinamis pada pasar yang kompetitif di pasar non tradisional. Kuadran II menunjukkan posisi falling star, artinya perdagangan Indonesia di pasar non tradisional meningkat atau kompetitif, tetapi bukan pada karet alam. Kuadran III menunjukkan posisi lost opportunity artinya hilangnya kesempatan negara Indonesia memperluas pangsa pasar karet alam di pasar non tradisional. Kuadran IV menunjukkan posisi retreat yaitu pasar Indonesia tidak lagi diinginkan di negara non tradisional tersebut. Gambar 2. Matriks EPD Sumber Esterhuizen 2006 Untuk menentukan sumbu X  󰇡󰇢 󰇡󰇢…..…4 Untuk menentukan sumbu Y  󰇡󰇢 󰇡󰇢…...5 Dimana Xij adalah nilai ekspor karet alam negara j; Xit adalah nilai ekspor karet alam dunia; Wtj adalah total seluruh komoditas negara j, Wtt adalah total seluruh komoditas dunia. Diamond’s Porter Diamond’s Porter merupakan indikator yang digunakan untuk menganalisis kondisi dari faktor-faktor determinan keunggulan kompetitif kegiatan ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat Porter, 1990. Penjelasan dari keempat atribut utama yang merupakan faktor pendorong daya rising star Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 241 saing karet alam Indonesia di Amerika Serikat sebagai berikut a Kondisi faktor Kondisi faktor dalam menentukan daya saing adalah faktor produksi karet alam seperti sumberdaya fisik, tenaga kerja, dan modal yang diperlukan dalam kompetisi ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. b Kondisi permintaan Keunggulan kompetitif tercipta ketika pasar lokal untuk karet alam lebih besar daripada pasar internasional dan produsen lokal memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pasar Indonesia. Semakin kuatnya pasar Indonesia maka produsen lokal mulai mengekspor karet alam ke Amerika Serikat. c Industri terkait dan industri pendukung Industri terkait dan pendukung, mengacu pada ketersediaan serangkaian dan keterkaitan kuat antara perusahaan-perusahaan eksportir karet alam Indonesia serta industri karet alam di Indonesia yang mendukung ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Aspek-aspek ini menjadi penelusuran pada faktor dalam industri terkait dan pendukung. d Struktur, persaingan dan strategi Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan, mengacu pada strategi dan struktur yang ada pada industri karet alam Indonesia sehingga mampu mendorong ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Struktur akan mengikuti strategi ketika struktur dibangun guna menjalankan strategi. Intensitas persaingan rivalry yang tinggi mendorong terwujudnya inovasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Pasar Hasil analisis didapatkan nilai rata-rata HI pada periode 2008-2019 komoditas karet alam di pasar Amerika Serikat adalah sebesar Tabel 4. Nilai HI berada di antara yang menunjukkan bahwa komoditas karet alam oleh negara eksportir utama di pasar Amerika Serikat mengarah pada konsentrasi pasar yang tinggi. Tingginya nilai konsentrasi menggambarkan bahwa industri karet alam merupakan suatu industri yang terkonsentrasi dengan jumlah produsen yang relatif sedikit. Keberadaan kondisi ini juga memperlihatkan bahwa dalam perkembangannya terjadi persaingan yang ketat antar produsen, Indonesia memegang peranan utama sebagai 242 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 supplier karet alam di pasar Amerika Serikat. Rata-rata rasio konsentrasi empat negara eksportir utama produk karet di pasar Amerika Serikat CR4 pada periode 2008-2019 adalah sebesar 91%. Nilai yang diperoleh tersebut menggambarkan bahwa 91% pangsa pasar karet alam Amerika Serikat dikuasai oleh empat produsen terbesar. Dalam periode tersebut, Indonesia, Thailand, Pantai Gading dan Malaysia masing-masing menguasai rata-rata 71,96%, 10,99%, 4,11% dan 4,15% pangsa pasar karet alam di Amerika Serikat. Penguasaan pasar tertinggi Indonesia dan Malaysia terjadi pada tahun 2008 dengan pangsa pasar sebesar 76,74% dan 6,61%, sedangkan Thailand dan Pantai Gading memiliki pangsa pasar terbesar masing-masing pada tahun 2009 dan 2018 yaitu sebesar 15,11% dan 6,84% Tabel 4. Tabel 4. Hasil Perhitungan HI dan CR Eksportir Karet Alam Utama Amerika Serikat, 2008-2019 Sumber UN Comtrade 2020, diolah Hasil perhitungan HI dan CR4, maka dapat dikatakan bahwa pada periode 2008-2019 struktur pasar karet alam negara eksportir utama yaitu cenderung oligopoli. Sukirno 2010 mendefinisikan pasar oligopoli sebagai pasar yang terdiri atas beberapa penjual untuk satu jenis barang tertentu. Di dalam pasar oligopoli, antara satu produsen dengan produsen lainnya di dalam melakukan kegiatannya tidak terdapat suatu ikatan tertentu independent action. Dalam pasar persaingan oligopoli, tinggi rendahnya tingkat diferensiasi produk memengaruhi perilaku produsen dalam menentukan output atau harga. Daya Saing Komparatif RCA Analisis daya saing karet alam dapat dilihat secara parsial dari pendekatan RCA. Berdasarkan RCA, daya saing pasar karet alam Amerika Serikat didominasi oleh Indonesia dan Pantai Gading Tabel 5. Secara umum karet alam Indonesia dan Pantai Gading lebih berdaya saing dari produk ekspor lainnya yang diekspor ke pasar Amerika Serikat. Apabila analisis didasarkan Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 243 pada tahun pengamatan, maka periode tahun 2008-2019 memberikan dampak yang bervariasi terhadap daya saing karet alam. Nilai indeks RCA Malaysia cenderung stabil. Rendahnya nilai Malaysia karena kuantitas ekspor yang yang juga relatif rendah. Salah satu penyebabnya adalah adanya alih fungsi lahan untuk tanaman perkebunan lain yang memiliki prospek lebih besar dibandingkan dengan karet, utamanya kelapa sawit Charterts et al., 2019. Keterbatasan lahan Malaysia menyebabkan tidak adanya penambahan luas areal tanam perkaretan negara ini selama beberapa tahun. Hasil produksi karet alam domestik Malaysia lebih banyak digunakan untuk kegiatan industri dalam negeri dibandingkan untuk ekspor, karena nilai ekspor untuk barang dari karet lebih tinggi dibanding nilai ekspor karet mentah, sehingga mendorong suatu pengembangan sebuah industri pengolahan karet ANRPC, 2015. Krisis global yang terjadi pada kuartal ke 3 tahun 2008 memberikan dampak pada ekspor karet alam Indonesia. Hal ini terlihat dari penurunan indeks RCA yang terjadi pada tahun 2009. Pada tahun 2009 terjadi penurunan drastis dari 111,47 pada tahun 2008 menjadi hanya sebesar 94,38. Penurunan nilai ini terjadi akibat dari penurunan kuantitas ekspor karet alam berdasarkan kesepakatan dari ITRC yang merupakan gabungan tiga eksportir terbesar karet alam Purwaningrat et al., 2020. Terdapat upaya reformasi produksi karet alam yang dilakukan Pantai Gading sejak tahun 2012 dan berimplikasi pada penciptaan kekuatan baru untuk perekonomian negara ini. Hal ini terlihat pada peningkatan drastis ekspor pertanian Pantai Gading ke Amerika Serikat pada tahun 2012 sebesar 72,23 menjadi 102,16 pada tahun 2013 dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya Radityo, 2015. Pada tahun 2015 terjadi penurunan drastis yang diakibatkan oleh negara pesaingnya di benua Afrika yaitu Nigeria yang dominan mengekspor karet ke Amerika Serikat, namun kembali meningkat pada tahun 2016 UN Comtrade, 2020. Keunggulan komparatif yang dimiliki Thailand sebagai produsen terbesar karet alam dunia mengindikasikan bahwa karet alam bukan menjadi produk unggulan yang diekspor ke Amerika Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 Tabel 5. Hasil Revealed Comparative Advantage RCA Eksportir Utama Karet Alam di Amerika Serikat, 2008-2019 Sumber UN Comtrade 2020, diolah Daya Saing Komparatif EPD Posisi karet alam Indonesia dan negara pesaing selama 2008-2019 ke Amerika Serikat dapat dilihat pada nilai rata-rata hasil EPD karet alam Indonesia dan negara pesaingnya Tabel 6. Sebagian besar produsen karet berasal dari negara-negara berkembang seperti Indonesia, Thailand, Malaysia dan Pantai Gading. Pertumbuhan perekonomian AS yang melambat sejak tahun 2009 disebabkan oleh melemahnya belanja konsumsi terutama oleh pemerintah Falianty, 2011. Hal ini berdampak negatif terhadap ekspor negara lain terutama Indonesia yang terus menurun. Hal lain yang juga mengancam kesenjangan fiskal pada awal tahun 2013 secara jangka pendek menyebabkan resesi di Amerika Serikat, walau dalam jangka panjang menguntungkan Amerika karena mengurangi tingkat utang secara signifikan. Kondisi ini mengancam ekspor ke Amerika Serikat termasuk dari Indonesia Ginting, 2017. Defisit transaksi berjalan Amerika Serikat yang Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 245 berkepanjangan karena dianggap krisis keuangan dunia. Hambatan non-tarrif juga diterapkan oleh Amerika Serikat terutama yang berkaitan dengan produk yang harus ramah lingkungan Dewi, 2018. Hal inilah yang menyebabkan posisi pasar karet alam Indonesia terus menurun tiap tahunnya yang dibahas lebih lanjut pada analisis Diamond’s 6. Rata-Rata Hasil EPD Setiap Empat Tahun Komoditas Karet Alam Indonesia Dibandingkan Eksportir Utama Lainnya di Amerika Serikat 2008-2019 Rata-rata Pertumbuhan pangsa pasar karet % Sumbu X Rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total % Sumbu Y Sumber UN Comtrade 2020, diolah Keterangan Sumbu X positif dan sumbu Y positif = rising star Sumbu X negatif dan sumbu Y positif = lost opportunity Sumbu X positif dan sumbu Y negatif = falling star Sumbu X negatif dan sumbu Y negatif = retreat Periode 1 2008-2011; Periode 2 2012-2015; Periode 3 2016-2019 Berbeda dengan Indonesia, pemerintah Thailand sangat fokus terhadap perkembangan tanaman karet dan berusaha melakukan perluasan perkebunan karet di Thailand Ardanari et al., 2020. Ini menunjukkan bahwa karet alam Thailand mendapat dukungan besar, salah satunya juga adalah replanting melalui suatu lembaga penelitian bernama Thailand Rubber Research Institute Weerathamrongsak & Wongsurawat, 2013. Hal yang sama juga diberlakukan oleh pemerintah Pantai Gading, terdapat peningkatan kualitas produk pertanian di negara tersebut. Sedangkan Malaysia produktivitas karet alamnya menurun karena keterbatasan lahan. Malaysia 246 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 juga melakukan kegiatan impor karet alam dengan jumlah yang tinggi. Berdasarkan laporan UN Comtrade 2020, impor karet alam di Malaysia pada 2017 mencapai rekor tinggi 1,1 juta ton, yang melebihi ekspornya. Karet alam yang diimpor Malaysia sebagian besar berupa lateks untuk memenuhi kebutuhan industri, agar para investor tidak pindah ke negara lain. Impor karet alam juga dilakukan untuk pengolahan lebih lanjut melalui pencampuran karet alam yang diproduksi Malaysia untuk kemudian diekspor kembali Ardanari et al., 2020. Impor karet alam Malaysia mengalami peningkatan untuk beberapa tahun terakhir. Hal inilah yang membuat Malaysia selalu mengalami penurunan posisi pasar ekspor karet alam di Amerika Serikat. Diamond’s Porter Kondisi dari faktor-faktor determinan keunggulan kompetitif karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat diidentifikasi melalui empat atribut pada indikator Diamond’s Porter, yaitu 1 kondisi faktor factor conditions; 2 kondisi permintaan demand conditions; 3 industri pendukung dan terkait related and supporting industry; dan 4 strategi produsen, struktur,dan persaingan firms strategy, structure, and rivalry. a Kondisi Faktor Karet dikenal dengan kualitas elastisnya yang baik sehingga diolah menjadi produk rumah tangga dan industri. Terdapat dua tipe karet yang dikenal luas, karet alam dan karet sintetis. Karet alam dibuat dari getah lateks dari pohon karet, sementara tipe sintetis dibuat dari minyak mentah dapat saling menggantikan. Sekitar 70% dari produksi karet global berasal dari Thailand, Indonesia dan Malaysia Indonesia Investments, 2017. Sejak tahun 1980 industri karet Indonesia telah mengalami pertumbuhan produksi yang stabil seiring dengan adanya perluasan lahan produksi yang terjadi selama 2014-2019 Ditjenbun, 2020. Produktivitas karet di Indonesia memiliki tren pertumbuhan yang terus meningkat meski sekitar 80% tanaman karet di Indonesia adalah milik rakyat yang kurang dipelihara dengan baik. Faktor produksi lain dari karet alam yaitu Sumber Daya Manusia SDM, sehingga perannya juga penting dan berkaitan dengan pengembangan ekspor karet alam. Pertanian di sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang berkontribusi tinggi khsuusnya dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan BPS 2020, sektor Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 247 pertanian menyerap 29,96% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia dan menempati posisi pertama. Statistik tersebut menandakan bahwa sektor yang berada di lingkup pertanian seperti perkebunan berperan penting bagi SDM yang ada di Indonesia sebagai sumber pendapatan utama, tetapi kualitas SDM untuk sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan masih rendah dengan kisaran hampir 77,75% tenaga kerja tidak menamatkan pendidikannya sampai SMA. Terdapat hanya 1,80% tenaga kerja yang mencapai tingkat pendidikan hingga pada perguruan tinggi. Rendahnya kualitas tenaga kerja akan berdampak pada penurunan produktivitas karena minimnya pengetahuan dan keterampilan terkait dengan teknik produksi BPS, 2020. Infrastruktur adalah faktor sumber daya fisik yang menunjang kegiatan ekspor karet alam di Indonesia dengan menyediakan akses pengiriman bahan baku. Temuan penelitian terdahulu menemukan adanya peran dari infrastruktur khususnya penyediaan jalan yang berhubungan dengan nilai ekspor di Indonesia Amri, 2019. Arus ekspor Indonesia baik secara sektoral dan agregat dipengaruhi oleh variabel infrastruktur secara keseluruhan Asikin et al., 2016. Berdasarkan data dari World Bank 2018, Indonesia menempati peringkat 3 tiga jika dibandingkan dengan kompetitor utamanya di ekspor karet alam periode 2012-2018, sehingga masih kalah bersaing dengan negara produsen lainnya. Modal merupakan salah satu bagian dari faktor produksi utama selain dari tenaga kerja. Modal dalam pelaksanaan kegiatan subsektor perkebunan terdiri dari penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Subsektor perkebunan dapat memiliki modal investasi dari asing hingga maksimal 95%, sehingga modal asing juga berperan penting dalam pengembangan perkebunan di Indonesia Ernawati & Rusliati, 2019. Berdasarkan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM 2020 sektor pertanian, perkebunan dan peternakan merupakan salah satu dari lima sektor primer dalam penanaman modal di Indonesia. selain dari penanaman modal, sektor pertanian, perkebunan dan peternakan juga didukung dengan adanya Kredit Usaha Rakyat KUR dalam rangka menambah modal produksi bagi petani. Berdasarkan dari laporan KUR 2020, 248 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 realisasi KUR pada sektor pertanian, perkebunan dan peternakan menunjukkan perkembangan yang positif. Sektor pertanian, perkebunan dan peternakan cenderung lebih stabil dan disertai dengan adanya peningkatan realisasi KUR, sehingga sektor ini memiliki prospek baik di masa mendatang dengan adanya kestabilan pada persentase realisasinya. b Kondisi Permintaan Permintaan karet alam di Indonesia cenderung berasal dari mancanegara dengan persentase yang mencapai 85% dari produksi karet Indonesia yang kemudian diekspor. Rendahnya konsumsi karet domestik menjadi penyebab Indonesia mengekspor hasil produksi karetnya. Industri hilir karet Indonesia masih belum banyak dikembangkan sehingga tergantung pada impor produk-produk karet olahan Harahap & Segoro, 2018. Sebagian besar produksi karet di Indonesia masih terbatas untuk bahan baku industri ban, alas kaki, dan sarung tangan. Hanya 15% sisa produksi karet diserap oleh industri hilir dalam negeri dan didominasi oleh industri ban Perdana, 2019. Setengah dari karet yang diekspor ini dikirimkan ke negara- negara Asia lain, diikuti oleh negara-negara di Amerika Utara dan Eropa. Salah satu negara impor karet alam Indonesia terbesar adalah Amerika Serikat. Kondisi perdagangan karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Indikator Perdagangan Karet Alam Indonesia ke Amerika Serikat, 2016-2019 Sumber UN Comtrade 2020, diolah Volume ekspor dan impor pada Tabel 7 menunjukkan bahwa total volume karet alam Indonesia yang diekspor ke pasar Amerika Serikat dan volume karet alam yang diimpor Indonesia dari Amerika Serikat. Neraca perdagangan diperoleh dari selisih total nilai ekspor dan impor dari Indonesia ke Amerika Serikat. Neraca perdagangan menampilkan informasi bahwa karet alam Indonesia ke Amerika Serikat selalu memiliki nilai positif dari tahun 2016 hingga 2019. Hal tersebut menggambarkan besarnya peran Indonesia dalam suplai karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. c Industri Pendukung dan terkait Kegiatan ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat memiliki keterkaitan antar industri karet alam baik Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 249 dari segi hulu dan hilir. Karet alam yang diekspor berasal dari tanaman karet untuk diambil getahnya. Selanjutnya getah karet digumpalkan untuk diperoleh hasilnya yang bernama lateks yang kemudian menjadi produk karet alam yang diekspor Wahyudy, 2018. Kondisi hulu karet alam di Indonesia berkembang dengan meningkatnya faktor produksi karet alam seperti peningkatan luas lahan produksi dan partisipasi tenaga kerja. Kondisi hilir karet alam di Indonesia belum menjadi prioritas pengembangan sehingga industri hilir minim di Indonesia. Kurangnya industri hilir merupakan salah satu alasan yang menyebabkan penyerapan produksi karet di Indonesia relatif rendah dan berdampak pada kelebihan pasokan di pasar internasional. Pengembangan industri hilir karet alam Indonesia mengalami hambatan dikarenakan sistem insentif yang belum jelas dan minimnya pengawasan terhadap perkebunan karet rakyat sebagai sentra produksi karet alam Indonesia dalam menghasilkan produk-produk karet berkualitas Bakce et al., 2015. Faktor teknologi juga menjadi salah satu penyebab dari minimnya industri pendukung terkait dengan karet alam di Indonesia. Teknologi dalam pengolahan karet alam ini disebabkan oleh penelitian dan pengembangan mengenai pengembangan produk industri hilir yang rendah serta minimnya kemampuan SDM untuk mampu mengaplikasikannya Arianti 2009. Industri karet yang berkembang di Indonesia sebagian besar masih terbatas untuk industri ban, alas kaki, dan sarung tangan Perdana, 2019. Pengembangan atau diversifikasi industri hilir karet dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan serapan produksi karet dalam negeri. Upaya tersebut meliput aspek-aspek fundamental seperti pembiayaan, teknologi, infrastruktur dan regulasi. d Strategi produsen, struktur dan persaingan Hasil analisis HI dan CR4 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa struktur pasar karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat mengarah pada pasar oligopoli. Persaingan negara Indonesia ke Amerika Serikat cenderung berasal dari negara-negara produsen lainnya seperti Thailand, Malaysia dan Pantai Gading. Terdapat dua negara potensial yang dapat menghambat nilai ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Thailand cenderung mengarah pada pasar Tiongkok karena kebutuhan karet Tiongkok selama setahun 250 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 mencapai 4,3 juta ton. Angka tersebut membuat Tiongkok berada di posisi pertama importir karet dunia disusul oleh Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Strategi yang perlu dilakukan Indonesia untuk tetap menjaga pangsa pasar karet alam ke Amerika Serikat adalah menjalin hubungan kerja sama atau bilateral ekonomi yang baik dengan Amerika Serikat. Hal ini didukung oleh kesepakatan perdagangan bebas atau Free Trade Agreement FTA Telah mengalami peningkatan dalam dua decade terakhir yang mengindikasikan bahwa arah pengembangan pada perjanjian perdagangan antara dua atau lebih negara mitra dagang secara lebih bebas Mahdi et al. 2021. Terdapat beberapa kerja sama yang telah terjadi seperti 1 US-Indonesia Trade and Investment Dialogue, 2 USAID Economic Growth Assistance dan 3 Export Successes for American Businesses. Ketiga bentuk kerja sama mengarah pada perbaikan hubungan bilateral antar kedua negara yang meliputi kegiatan investasi dan perdagangan Kedubes RI AS, 2012. Keempat faktor tersebut kemudian disimpulkan dalam satu kerangka model Diamond Porter’s. Dua tanda yaitu positif dan negatif digunakan untuk mengindikasikan kondisi pengembangan dari faktor tersebut. Positif ditandakan sebagai suatu keunggulan kompetitif, artinya karet alam Indonesia dapa sedangkan negatif merupakan sisi kelemahan yang perlu dievaluasi kembali. Berdasarkan dari pemaparan dari empat faktor diatas, maka dapat dideskripsikan model Diamond Porter’s pada Gambar 3. Gambar 3. Model Diamond’s Porter KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Struktur pasar karet alam di pasar Amerika Serikat berbentuk oligopoli, menunjukkan eksportir utama karet alam ke Amerika Serikat, yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Pantai Gading, memiliki pangsa pasar yang dominan. Berdasarkan hasil analisis, RCA karet alam Indonesia Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 251 bernilai lebih dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa karet alam menjadi produk unggulan yang diekspor Indonesia ke pasar Amerika Serikat dibandingkan dengan produk ekspor lainnya. Keunggulan kompetitif karet alam Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara pesaing utama, namun pada analisis Diamond’s Porter menunjukkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang menampilkan keunggulan kompetitif karet alam Indonesia seperti potensi ekspor, neraca perdagangan, kerja sama ekonomi dan luas lahan produksi karet alam. Secara umum daya saing karet alam Indonesia sangat potensial untuk ditingkatkan di pasar Amerika Serikat di masa mendatang, di samping sumber dayanya yang besar. Upaya-upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan potensi tersebut dapat dilakukan melalui 1 perhatian pada teknik replanting dan pohon karet yang sudah berusia tua melalui teknis budidaya teknologi benih dan teknologi pascapanen sehingga mendapatkan benih unggul karet yang baik dan terjangkau terutama bagi perkebunan rakyat milik petani-petani berskala kecil; dan 2 pengembangan industri hilir karet alam untuk meningkatkan nilai tambah dan sekaligus kualitas produk karet alam Indonesia. Penelitian selanjutnya diharapkan melihat aspek kesejahteraan petani karet alam Indonesia karena indikator daya saing yang tinggi belum mencerminkan kesejahteraan petani kecil. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB dan team Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan BILP yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. DAFTAR PUSTAKA Alvis, R. S. & Si, M. 2021. Analisis Volume Ekspor Karet di Indonesia. Disertasi. Sumatera Barat Universitas Bung Hatta. Amalia, D. N., Nurmalina, R., & Rifin, A. 2013. Sistem Pemasaran Karet Rakyat di Provinsi Jambi dengan Pendekatan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar. Journal of Industrial and Beverage Crops, Vol. 43, pp. 237-244. Ambarwati, R. 2019. Respon ekspor karet alam Indonesia. Tesis. Jakarta Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Amri, K. 2019. Apakah Infrastruktur Jalan Mempengaruhi Ekspor? Pendekatan Vector Autoregressive. Inovbiz Jurnal Inovasi Bisnis, Vol. 72, Arianti, R. K. 2009. Pengembangan Ekspor Produk Komponen Otomotif Berbahan Baku Karet. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 32, pp. 202-220. 252 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 Association of Natural Rubber Producing Countries ANRPC. 2015. Natural rubber trends and statistics. Kuala Lumpur. Kuala Lumpur Association of Natural Rubber Producing Countries. Ardanari, S. D., Mukiwihando, R., & Ak, S. E. 2020. Daya Saing Ekspor Karet Alam Tiga Negara Itrc Indonesia, Thailand, Malaysia di Pasar Internasional Periode 1994-2018. Jurnal Manajemen Keuangan Publik, Vol. 41, pp. 81. Asikin, Z., Daryanto, A., & Anggraeni, L. 2016. Pengaruh Infrastruktur dan Kelembagaan terhadap Kinerja Ekspor Agregat dan Sektoral Indonesia. Jurnal Manajemen & Agribisnis, pp. 145-145. Bakce, D., Syahza, A., & Hamlin, N. 2015. Strategi pengembangan industri hilir karet alam di Provinsi Riau. In Prosiding Seminar Nasional dan Kongres ISEI XIX pp. 7-9. Basmar, E., Purba, B., Nugraha, N. A., Purba, E., Krisnawati, L., Damanik, D., & Siswanti I. 2021. Perekonomian dan Bisnis Indonesia. Medan Yayasan Kita Menulis. Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. 2020. Realisasi Investasi. Jakarta Badan Koordinasi Penanaman Modal. Badan Pusat Statistik BPS. 2020. Keadaan Pekerja di Indonesia Agustus 2020. Jakarta Badan Pusat Statistik. Chaplinsky, S., & Estey, W. 2017. Goodyear Tire & Rubber Company Follow-On Equity Issue. Darden Business Publishing Cases. Charters, L. J., Aplin, P., Marston, C. G., Padfield, R., Rengasamy, N., Bin Dahalan, M. P., & Evers, S. 2019. Peat swamp forest conservation withstands pervasive land conversion to oil palm plantation in North Selangor, Malaysia. International Journal of Remote Sensing, Vol. 4019, pp. 7409-7438. Darazo, I. & Adaramola, A. 2021. Impact of International Trade and Foreign Direct Investment on Economic Growth The Nigerian Perspective. International Journal of Interdisciplinary Research in Social Science, Vol. 11. Daulika, P., Peng, K. C., & Hanani, N. 2020. Analysis on Export Competitiveness and Factors Affecting of Natural Rubber Export Price in Indonesia. Agricultural Socio-Economics Journal, Vol. 201, pp. 39-44. Dewi, R. 2018. Implementasi Renewable Energy Directive Uni Eropa sebagai Hambatan Non Tarif Perdagangan. Jurnal Hubungan Internasional Interdependence, Vol. 12. Direktorat Jenderal Perkebunan Ditjenbun. 2020. Buku Publikasi Statistik Karet 2018-2020. Jakarta Direktorat Jenderal Perkebunan. Ernawati, E., & Rusliati, E. 2019. Keputusan Investasi dan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan Sub Sektor Perkebunan. Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen, Vol. 122, pp. 99-107. Esterhuizen, D. 2006. Measuring and Analysing Competitiveness in the Agribusiness Sector Methodological and Analytical Framework, University of Pretoria, 1074, pp. 823–824. Falianty, T. A. 2011. Desain Kebijakan Publik Dalam Menghadapi Krisis Global. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 22, pp. 607-626. Food and Agriculture Organization FAO. 2020. The countries of the world's largest rubber production centers 2012-2016. Fardian, F. 2014. Penjadwalan perawatan komponen kritis mesin produksi remah di pt lembah karet. Disertasi. Padang Universitas Andalas. French, S. 2017. Revealed comparative advantage What is it good for?. Journal of International Economics, Vol. 106, pp. 83-103. Struktur Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 253 Ginting, A. M. 2017. Analisis Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 111, pp. 1-20. Hamzah, M., Yulius, Y., & Bidarti, A. 2018. Pengaruh struktur pasar dan tingkat konsentrasi pabrik crumb rubber terhadap perilaku penentuan harga beli bokar petani di Sumatera Selatan Laporan Penelitian Unggulan Kompetitif Unsri 2018. Harahap & Segoro. 2018. Analisis daya saing Komoditas Karet Alam Indonesia ke Pasar Global. Jurnal Transborders Vol. 12. International Monetary Fund IMF. 2011. Changing Patterns of Global Trade. Washington DC International Monetary Fund. Indonesia Investment. 2017. Bisnis Komoditas Karet. t/item185. Jayadi, A., & Aziz, H. A. 2016. Peta Persaingan Produk Ekspor Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan, Vol. 12. Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Kedubes RI. 2012. US Indonesia Economic and Trade Cooperation Fact. Jakarta Kedutaan Besar Republik Indonesia. Kredit Usaha Rakyat KUR. 2020. Realisasi Kredit Usaha Rakyat. Jakarta Kredit Usaha Rakyat. Mahdi, N. N., & Nurmalina, R. 2021. Trade Creation dan Trade Diversion atas Pemberlakuan ACFTA terhadap Perdagangan Hortikultura Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 151, pp. 51-76. Muharami, G., & Novianti, T. 2018. Analisis Kinerja Ekspor Komoditas Karet Indonesia ke Amerika Latin. Jurnal Agribisnis Indonesia, Vol. 61, 15-26. Nainggolan, D. G. B. F., & Budyanra, B. 2020. Daya Saing dan Variabel-Variabel yang Memengaruhi Nilai Ekspor Ban Karet Indonesia ke Sepuluh Negara Importir Terbesar di Dunia Tahun 2001-2018. In Seminar Nasional Official Statistics, Vol. 1, pp. 843-854. Perdana, R. 2019. Kinerja Ekonomi Karet dan Strategi Pengembangan Hilirisasinya di Indonesia. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 371, pp. 25-39. Porter, M. E. 1990. The Competitive Advantage of Nation. New York The Free Press. Prasada, I. Y., & Dhamira, A. 2021. The Competitiveness of Natural Rubber by Exporting Countries in the Global Market. In E3S Web of Conferences, Vol. 305, p. 02006. Purwaninngrat, L., Novianti, T., & Dermoredjo, S. K. 2020. Dampak Kebijakan International Tripartite Rubber Council ITRC terhadap Kesejahteraan Petani Karet Indonesia. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Vol. 42, pp. 411-424. Radityo, S. I., Dwiastuti, R., & Muhaimin, A. W. 2015. Daya Saing Karet Alam Indonesia di pasar dunia. Habitat, Vol. 253, pp. 143-150. Rizkyanti, A. 2017. Analisis Struktur Pasar Industri Karet dan Barang Karet Periode Tahun 2009. Media Ekonomi, Vol. 182, pp. 1-18. Sanchez, M. 2019. Mexico 's Trade Policy During The Government of President Enrique Pena Nieto 2012-2018. Foro internacional, Vol. 593-4, pp. 958-987. Setyawati, I. K., Lin, Y. S., & Setiawan, B. 2014. Analisis Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia ke Amerika Serikat. Agricultural SocioEconomics Journal, Vol. 142, pp. 98. Siburian, O. 2012. Analisis factor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia ke Singapura tahun 254 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 1980- 2010. Economics Development Analysis Journal, Vol. 12. Sleuwaegen, L. E., De Bondt, R. R., & Dehandschutter, W. V. 1989. The Herfindahl index and concentration ratios revisited. Antitrust Bull, Vol. 34, pp. 625. Sugiharti, L., Purwono, R. & Padilla, M. A. E. 2020. Analysis of Determinants of Indonesian Agricultural Exports. Entrepreneurship and Sustainability Issues, Vol. 74, pp. 2676. Sukirno, S. 2010. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. United Nations Commodity Trade UN Comtrade. 2021. Data Query of Import and Export. United Nation United Nations Commodity Trade. Wahyudy, H. A. 2018. Perkembangan Ekspor Karet Alam Indonesia. Dinamika Pertanian, Vol. 342, pp. 87-94. Weerathamrongsak, P., & Wongsurawat, W. 2013. The Rubber Industry of Thailand A Review of Past Achievements and Future Prospects. Journal of Agribusiness in Developing and Emerging Economies. World Bank. 2018. Logistic Performance nal/global. Xu, Z., Li, Y., Chau, S. N., Dietz, T., Li, C., Wan, L., Zhang, J., Zhang, L., Li, Y., Chung, M. G. & Liu, J. 2020. Impacts of international trade on global sustainable development. Nat. Sustain, Vol. 3, pp. 964– Pasar dan Daya Saing Karet Alam Indonesia ..., Birka Septy Meliany, Yusman Syaukat, Hastutti 255 256 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 15 NO. 2, DESEMBER 2021 ... Indonesia is one of the world's largest producers and exporters of natural rubber Sembiring and Syaukat, 2021;Sinta 2020;Yuningtyas et al. 2021;Haryanto et al. 2019. Natural rubber' Indonesia contributes 26% of the world's total natural rubber production Virginia and Novianti, 2020 and 33% of the world's total natural rubber exports Octaviani, 2018. ...... This also strengthens the statement that Indonesia's natural rubber quality is declining. Efforts that can be made on Indonesian rubber plants are to pay attention to the replanting of old rubber trees through seed technology and postharvest technology to obtain good and affordable highquality rubber seeds, especially for small-scale farmers' plantations Sembiring and Syaukat, 2021. ...Birka Septy MelianyTanti NoviantiThis study aims to analyze the position and performance of Indonesia's natural rubber exports in terms of the concept of comparative advantage in the market world. The data used in this study were sourced from UN Comtrade, which is processed with a 30-year data series 1991-2020 and is categorized into six periods. The analytical methods used are Structural Trend Ranking STR, Revealed Comparative Advantage RCA, Export Product Dynamic EPD, and X-Model. The results showed that 15 countries have consistently been the main Indonesian natural rubber market for 30 years. The RCA analysis showed that Indonesian natural rubber had strong competitiveness in all destination countries, except India in the first period. In contrast, the EPD analysis found that Indonesia's rubber market position was not always static and competitive. There was shown in the period 2011-2015, the average position of Indonesia's natural rubber market is in a market position that is not wanted to "retreat" in export destination countries. However, based on the X-Model results, the average Indonesian natural rubber is in a potential market position in all export destination countries in the 1991-2020 period. Keywords Export Product Dynamic EPD, natural rubber, Revealed Comparative Advantage RCA, Structural Trend Ranking STR, x-modelBaharudin Ahmad SobariAnny HartatiRatna SatrianiMete gelondong adalah salah satu komoditas ekspor yang dihasilkan dari tanaman jambu mete dan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Negara Vietnam dan India adalah importir terbesar mete gelondong Indonesia yang rutin melakukan impor setiap tahun. Penelitian ini bertujuan untuk 1 menganalisis apakah mete gelondong Indonesia memiliki keunggulan komparatif di negara Vietnam dan India, 2 menganalisis apakah mete gelondong Indonesia memiliki keunggulan kompetitif di negara Vietnam dan India, 3 menganalisis faktor dominan yang memengaruhi kinerja ekspor mete gelondong Indonesia ke negara Vietnam dan India. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2021 dengan komoditas penelitian berkode HS 080131. Jenis data penelitian adalah data sekunder dalam data deret waktu, yaitu tahun 2010 - 2019 dan data antar individu dua negara tujuan ekspor mete gelondong Indonesia yaitu negara Vietnam dan India. Analisis data yang digunakan adalah analisis Revealed Comparative Advantage RCA, Export Product Dynamic EPD dan Constant Market Share CMS. Hasil analisis RCA menunjukkan mete gelondong Indonesia memiliki nilai RCA lebih besar dari satu yang berarti komoditas memiliki keunggulan komparatif di negara Vietnam dan India. Hasil analisis EPD menunjukkan ekspor mete gelondong Indonesia ke negara Vietnam berada pada posisi pasar retreat yang mengindikasikan komoditas tidak memiliki keunggulan kompetitif dan pertumbuhan permintaannya stagnan, sedangkan ekspor mete gelondong Indonesia ke negara India berada pada posisi pasar falling star yang mengindikasikan komoditas memiliki keunggulan kompetitif dan pertumbuhan permintaannya stagnan. Hasil analisis CMS menunjukkan bahwa faktor dominan yang memengaruhi kinerja ekspor mete gelondong Indonesia ke negara Vietnam dan India adalah faktor komposisi Dampak positif seharusnya diperoleh subsektor hortikultura Indonesia atas implementasi ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA. Namun demikian, subsektor hortikultura Indonesia belum memberikan kinerja yang berarti ketika impor produk hortikultura meningkat melalui tahapan penurunan tarif ACFTA dalam program The Early Harvest Program EHP. Studi ini meneliti keragaan impor hortikultura Indonesia dengan menggunakan deskriptif analisis. Studi ini juga menganalisis daya saing produk hortikultura negara ASEAN-5 dengan China serta dampak kreasi perdagangan dan diversi perdagangan atas pemberlakuan ACFTA terhadap impor produk hortikultura Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode RSCA Revealed Symetric Comparative Advantage dan metode ekonometrik melalui pendekatan model gravitasi dengan data panel dari tahun 2001-2018. Hasil studi menunjukkan bahwa berdasarkan nilai RSCA, Indonesia tidak berdaya saing pada kedua jenis produk hortikultura tersebut. Model gravitasi juga menunjukkan bahwa negara anggota ACFTA mampu memanfaatkan perjanjian regional ini dengan ditandai tingginya nilai impor hortikultura Indonesia terutama dari China. Ini menandakan bahwa pelaksanaan ACFTA telah menciptakan efek penciptaan perdagangan dengan meningkatkan perdagangan intra-regional antara negara anggota ACFTA, namun tidak menyebabkan pengalihan perdagangan dengan negara non-anggota perdagangan dengan negara non anggota tidak mengalami penurunan. Oleh karena itu, diperlukan langkah kebijakan peningkatan daya saing melalui perbaikan komponen manajerial dan teknologi seiring terbukanya pasar di kawasan ini bagi UMKM Indonesia. Kata Kunci Data Panel, Daya Saing, Integrasi Ekonomi, Model Gravitasi, RSCA Abstract The positive impact of the implementation of the ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA on the indonesia’s horticulture sub-sector should be obtained. However, the Indonesian horticulture sub-sector has not shown significant performance when import of horticultural products has increased through the ACFTA tariff reduction stages in The Early Harvest Programm EHP. This study examines the performance of Indonesian horticultural imports using descriptive analysis. It also analyzes the competitiveness of horticultural products of ASEAN-5 countries with China as well as the impact of trade creation and trade diversion of the implementation of ACFTA on imports of Indonesian horticultural products. It uses the RSCA Revealed Symmetric Comparative Advantage index and the gravity model using panel data from 2001-2018. It shows that Indonesia is not competitive in both types of horticultural products RSCA Rubber as an export commodity plays an important role in the national economy. Rubber prices fluctuate and tend to decline leading to lower national as rubber areas converted to other more prospective commodities. Downstream rubber industry enhancement is crucial for improving domestic rubber consumption and price stabilization in Indonesia. Export reduction policy carried out by the government for price stabilization is effective but only in the short term. Therefore, downstream rubber industry development is essential to deal with global rubber price fluctuation. Continuous supply and quality maintenance are crucial. Replanting should be implemented such that yield increases and its quality may compete with that imported. Abstrak Karet sebagai komoditas ekspor memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Harga karet yang fluktuatif dan menurun dapat memengaruhi produksi karet nasional karena alih fungsi lahan perkebunan karet ke komoditas lain yang lebih prospektif. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya devisa negara dan kesejahteraan petani. Pengembangan hilirisasi karet merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan serapan karet dalam negeri guna mengurangi pengaruh fluktuasi harga karet. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pengembangan hilirisasi karet dalam mencapai kestabilan harga karet di Indonesia. Kebijakan pengurangan ekspor yang dilakukan pemerintah dalam rangka stabilisasi harga karet cukup efektif, namun hanya berpengaruh dalam jangka pendek. Oleh karena itu pengembangan hilirisasi karet diperlukan untuk mengurangi pengaruh fluktuasi harga karet internasional. Pengembangan hilirisasi karet memerlukan dukungan pemerintah dalam berbagai aspek. Untuk menjaga kontinuitas dan kualitas karet untuk bahan baku industri hilir maka upaya peremajaan karet harus dilakukan agar produktivitas karet meningkat serta kualitasnya dapat bersaing dengan karet impor 1 which is equal to While the competitive advantage for the competitiveness of Indonesian rubber exports is at the maturation stage. This condition occurs because the value of the Trade Specialization Index TSI approaches 1, which is Ari Mulianta Gintingp>Ekspor merupakan salah satu faktor terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara, sejalan dengan hipotesis export-led growth ELG. Penelitian ini menganalisis perkembangan ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal I 2001 sampai dengan kuartal IV 2015. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dalam menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi serta ekspor dan analisis kuantitatif metode Error Correction Model ECM dalam menganalisis efek jangka panjang dan jangka pendek dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada periode penelitian, data yang ada menunjukkan bahwa ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sama-sama mengalami peningkatan. Hasil regresi ECM menunjukkan bahwa ekspor memiliki pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang mendukung hipotesis bahwa ELG berlaku untuk Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan kinerja ekspor Indonesia. Peningkatan kinerja ekspor Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan perbaikan sistem administrasi ekspor, peningkatan riset dan pengembangan produk Indonesia, peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur, stabilitas nilai tukar dan perluasan pasar non tradisional, termasuk perbaikan struktur ekspor komoditas. Export is one of the factor s behind the economic growth which is in line with the export-led growth hypotesis ELG. This research analyzes the relationship between economic growth and export of Indonesia during first quarter of 2001 until fourth quarter of 2015 . It employs descriptive analysis to describe export movement and economic growth during the study period and ECM model to analyze the long run and the short run effect s of export on the economic growth. The available information indicate d that, during the study period, b oth export and economic growth showed similar increasing trend s . The result of the ECM model revealed that export had a positive and statistically significant relatio n ship with the economic growth, supporting the hypotesis of ELG in Indonesia . Hence, to accelerate economic growth, efforts are required to boost the export performance in Indonesia. The Export performance can be increased by several way, such as improving the export administration system, increasing the research and development of Indonesian products, improving the facilities and infrastructure, exchange rate stability and the non-tradisional markets expansion, and including improvement of the export commodity structure. Dia merasa yakin peluncuran peluru kendali itu menjadi kemajuan besar bagi semangat mengirim 'hadiah' lebih besar bagi Amerika Serikat,"
JAKARTA - Apakah kamu mengetahui negara penghasil karet terbesar di dunia? Karet merupakan salah satu komoditas yang sangat ramai diperdagangkan karena digunakan untuk berbagai macam industry. Namun, tidak semua negara bisa memproduksi karet karena tumbuhan yang menghasilkan getah karet hanya dapat tumbuh pada kondisi tertentu. Tanaman ini akan tumbuh subur pada Kawasan dengan kelembaban sekitar 80 persen dan suhu sekitar 24˚°C- 28˚°C. umumnya, tanaman ini tumbuh subur di daerah tropis antara 10˚°LU hingga 10˚°LU. Tanaman asal Amerika Selatan dan Amerika Tengah ini dibudidayakan di berbagai negara, terutama Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Selatan. Berikut ini beberapa negara penghasil karet terbesar di dunia yang sudah dilansir dari berbagai sumber1. Filipina tonNegara yang didominasi dengan perbukitan dan hutan tropis ini ternyata memiliki produksi karet yang cukup tinggi, sekitar 423 ribu ton. Produksi karet di negara ini Sebagian besar digunakan dalam negeri, seperti 70 persen pada produksi ban, 18 persen pada industri alas kaki, dan 12 persen pada sarung tangan karet. Oleh karena itu, Filipina tidak banyak mengekspor karetnya ke pasaran global. Lahan perkebunan karet di Filipina dikelola secara perseorangan. Setiap petani rata-rata memiliki 3 hingga 10 hektar kebun karet. Karena kepemilikannya bersifat perorangan ini, harga karet bergerak cukup dinamis tanpa adanya monopoli. 2. India tonIndia sendiri memiliki perkebunan karet yang cenderung kecil, yaitu 450 ribu hektar yang Sebagian besar berada di Kerala. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa produktivitas pertanian Karet India cukup tinggi, dengan lahan yang kecil tetap mampu memproduksi karet dalam jumlah yang banyak. Namun, produksi ini hanya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri dan jumlah tersebut masih kurang 150 ribu ton setiap tahunnya. Saat ini, India adalah salah satu negara pengimpor karet terbesar di dunia dengan total impor 150-215 ribu ton per tahunnya. 3. Indonesia tonProduksi karet di Indonesia telah memenuhi 29,8 persen kebutuhan dunia dengan nilai ekspor sebesar 3,9 miliar US Dollar. Dengan produksi total tahunan 3,6 juta ton, karet merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Sebagian besar karet di Indonesia dikirimkan ke China, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara lainnya. 5 provinsi di Indonesia yang menghasilkan karet terbanyak berada di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jambi dan Kalimantan Barat. Daerah tersebut memiliki lahan-lahan karet yang sangat luas. Hal ini terjadi karena harga lahan masih mudah dibandingkan pulau Jawa dan kualitas tanah serta iklim yang cocok untuk perkebunan tersebut. 4. Thailand tonNegara yang berada di Asia Tenggara ini sudah memenuhi sekitar 31,5 persen dari kebutuhan karet di dunia. dengan produksi tahunan sekitar 4,7 ton, nilai ekspor dari karet Thailand diperkirakan sekitar 4,1 Miliar US Dollar. Sebuah angka yang cukup besar bagi perekonomian Thailand. Karet sendiri merupakan salah satu sumber devisa negara ini dan menjadi komoditas ekspor utama dari negara Thailand. Thailand memiliki luas kebun karet sekitar 2 juta hektar dengan kapasitas produksi 1,7 ton per hektar. Hal ini mengantarkan Thailand menjadi salah satu dengan produktivitas perkebunan karet terbesar di dunia. 5. Vietnam tonNegara ini memiliki iklim tropis, suhu hangat dan curah hujan tinggi. Semua unsur yang membuat tanaman karet tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan produksi total tahunan sekitar 1,1 juta ton, negara ini memenuhi kebutuhan ekspor karet dunia sebesar 7,6 persen dengan nilai ekspor 998,1 juta US Dollar. Oleh karena itu, karet merupakan salah satu sumber devisa terbesar untuk negara Vietnam dari kegiatan ekspor impornya. Perkebunan karet juga merupakan hajat hidup orang banyak karena banyak petani dan buruh Vietnam yang bekerja di perkebunan-perkebunan karetnya. Itulah negara penghasil karet terbesar di dunia, Indonesia termasuk penghasil terbesar dan kita patut bangga. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor Novita Sari Simamora Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

KumpulanBerita ANTARA News menyajikan informasi terkini tentang pengaruh tiongkok lebih kuat daripada amerika serikat di Indonesia dan dunia

Mahasiswa/Alumni UIN Sumatera Utara07 Februari 2022 0818Halo Lee, kakak bantu jawab yaa Jawaban Jawaban yang tepat adalah pilihan C. Absolut advantage. Penjelasan Absoluet advantage keunggulan mutlak adalah teori dalam perdagangan internasional yang menyatakan bahwa suatu negara memiliki keunggulan terhadap negara lain secara mutlak dalam hal produksi jika mampu memproduksi dalam jumlah yang lebih besar. Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith. Dalam teori absolut advantage, keunggulan suatu negara hanya dilihat dari segi jumlah produksi. Jika negara tersebut memiliki keunggulan dalam produksi suatu barang dibandingkan negara lain maka negara tersebut memiliki keunggulan mutlak. Misalnya Indonesia mampu menghasilkan karet lebih besar daripada Amerika Serikat. Maka dalam hal ini, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dibandingkan Amerika Serikat. Dengan demikian, kondisi negara Indonesia pada soal di atas menunjukkan bahwa negara Indonesia memiliki kunggulan yang disebut absolute advantage. Jadi, jawaban yang tepat adalah pilihan C. Absolut advantage. Semoga dapat membantu. Terima kasih sudah bertanya dan terus gunakan Roboguru untuk membantu kamu ya! 22 Indonesia mampu menghasilkan karet lebih besar daripada Amerika Serikat. Kondisi ini menunjukkan negara Indonesia memiliki kunggulan yang disebut . A. maximum advantage B. average advantage C. absolute advantage D. comparative advantage. 23. Salah satu subsektor ekonomi kreatif yang terdapat di Indonesia yaitu pasar seni. ArticlePDF Available Abstractp>Rubber as an export commodity plays an important role in the national economy. Rubber prices fluctuate and tend to decline leading to lower national as rubber areas converted to other more prospective commodities. Downstream rubber industry enhancement is crucial for improving domestic rubber consumption and price stabilization in Indonesia. Export reduction policy carried out by the government for price stabilization is effective but only in the short term. Therefore, downstream rubber industry development is essential to deal with global rubber price fluctuation. Continuous supply and quality maintenance are crucial. Replanting should be implemented such that yield increases and its quality may compete with that imported. Abstrak Karet sebagai komoditas ekspor memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Harga karet yang fluktuatif dan menurun dapat memengaruhi produksi karet nasional karena alih fungsi lahan perkebunan karet ke komoditas lain yang lebih prospektif. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya devisa negara dan kesejahteraan petani. Pengembangan hilirisasi karet merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan serapan karet dalam negeri guna mengurangi pengaruh fluktuasi harga karet. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pengembangan hilirisasi karet dalam mencapai kestabilan harga karet di Indonesia. Kebijakan pengurangan ekspor yang dilakukan pemerintah dalam rangka stabilisasi harga karet cukup efektif, namun hanya berpengaruh dalam jangka pendek. Oleh karena itu pengembangan hilirisasi karet diperlukan untuk mengurangi pengaruh fluktuasi harga karet internasional. Pengembangan hilirisasi karet memerlukan dukungan pemerintah dalam berbagai aspek. Untuk menjaga kontinuitas dan kualitas karet untuk bahan baku industri hilir maka upaya peremajaan karet harus dilakukan agar produktivitas karet meningkat serta kualitasnya dapat bersaing dengan karet imporIndonesia is once country with an open economy, trade is one way to get the source of income for the country. therefore, Indonesian trying to be a exporters some excellent products, especially in the area of rubber plantations. This study aims to look and identify the impact of the adoption quota production of natural rubber to Indonesia and other major rubber producing countries in the ASEAN region, in this study using a rubber commodity time series data to be analyzed quantitatively through descriptive models and quantitative models. Deskritptif model used is multiple linear regression model. the results of this study demand for natural rubber imports from ASEAN countries China is influenced by several variables that the price of natural rubber, synthetic rubber prices , income per capita , exchange rates , and dummy variables. Judging from the competitiveness of Indonesia's natural rubber can not compete in terms of price with natural rubber Thai state, due to Indonesia's natural rubber are substitutes for natural rubber Thailand, while for Malaysia, Indonesia's natural rubber relationship is complementary.
AmerikaSerikat menjalankan program pekerja tamu Meksiko pada 1942-1964 dengan nama Program Bracero. Sebuah artikel di The New Republic mengkritik program pekerja tamu dengan menyamakan mereka dengan warga kelas dua yang tidak akan mampu mendapatkan kewarganegaraan dan mendapatkan hak yang lebih sedikit daripada warga Amerika Serikat.
› Nusantara›Industri Karet Nasional Hadapi... Tahun 2023 akan menjadi tahun berat bagi industri karet. Permintaan tertekan akibat melambatnya industri otomotif yang disebabkan resesi dunia. Mitigasi harus disiapkan untuk menyelamatkan industri karet nasional. KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Darwinto 47 menyelesaikan penyadapan batang pohon karet di perkebunan karet Lima Puluh Lidah Tanah, PT Socfin Indonesia, Desa Perkebunan Sei Bejangkar, Kecamatan Sei Balai, Batubara, Sumatera Utara, Rabu 9/5/2018.MEDAN, KOMPAS — Industri karet nasional akan menghadapi tantangan cukup berat pada 2023 akibat volume ekspor yang menurun, harga karet petani yang anjlok, produksi yang terpuruk, dan persaingan industri ban yang kian ketat. Pemerintah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lain didorong untuk menyiapkan mitigasi terutama dengan meningkatkan penyerapan dalam Dewan Karet Indonesia A Aziz Pane, kepada Kompas, Senin 26/12/2022, mengatakan, industri karet harus dipandang sebagai industri strategis karena merupakan salah satu komoditas ekspor andalan nasional. Indonesia mempunyai 3,6 juta hektar kebun karet dan masih berpeluang untuk dikembangkan. ”Dan yang paling penting, ada 2,9 juta petani karet di Indonesia yang sumber ekonomi keluarganya terutama berasal dari kebun karet. Industri ban dan pabrik karet remah juga menyerap tenaga kerja yang banyak. Karena itu, menyelamatkan industri karet nasional sangat penting,” kata SETIYAWANPekerja mendorong kotak berisi karet yang baru diolah di pabrik pengolah karet Bunut milik PT Bakrie Sumatera Plantation Sumut I di Kabupaten Asahan, Sumatera mengatakan, tantangan utama industri karet nasional adalah melemahnya permintaan karet di pasar dunia yang sebanyak 75 persen diserap oleh industri ban kendaraan. Pembelian bahan baku oleh pabrik-pabrik ban di banyak negara masih menunjukkan penurunan khususnya negara tujuan ekspor utama seperti Jepang, Amerika Serikat, Eropa, dan ekonomi dunia yang diperkirakan terjadi pada 2023 masih akan menekan industri otomotif yang pada akhirnya menurunkan permintaan karet remah. Selain itu, Indonesia juga mengekspor ban untuk original equipment OE/kebutuhan untuk mobil baru.Setelah terpuruk akibat Covid-19, kata Aziz, ekspor ban dari Indonesia sempat membaik pada semester I-2022. Namun, ekspor ban kembali menurun pada semester II. ”Ekspor ban ke Amerika Serikat dan Eropa menurun hingga 50 persen karena inflasi yang meroket di negara tersebut. Industri otomotif terpuruk di negara itu,” PT GAJAH TUNGGAL TBKPT Gajah Tunggal Tbk terus mengembangkan produksi dan pemasaran ban IRC untuk mendominasi pasar ban motor itu, ekspor ban ke Jepang juga menurun karena laju produksi mobil tersendat pasokan semikonduktor yang terhambat. Menurut Aziz, penurunan ekspor ban dari Indonesia juga disebabkan ekspansi pabrik ban dari China di Thailand maupun di China sendiri. Mereka menghasilkan ban yang jauh lebih murah karena bisa menekan biaya logistik dan juga Harga Anjlok, Pohon Karet DitelantarkanAziz menyebut, industri ban sangat bergantung pada pasar ekspor karena 70 persen produksinya dijual di pasar dunia, hanya sekitar 30 persen yang dapat terserap pasar domestik. ”Sepanjang 2022, diperkirakan volume ekspor ban Indonesia menurun 30 persen,” Aziz, penurunan penjualan ban di dalam negeri menurun hingga 20 persen setelah kenaikan harga bahan bakar minyak. Industri ban perlu melakukan berbagai persiapan menghadapi penurunan penjualan di tahun FATHONITampilan ban belakang tapak lebar pada sepeda motor. Pasar dalam negeri bisa diselamatkan dengan memaksimalkan potensi pasar ban sepeda motor yang sangat besar. Untuk pasar luar negeri, Indonesia harus meningkatkan daya saing untuk berhadapan dengan ekspansi pabrik ban dari China dan menurunnya permintaan bertahan di tengah ketidakpastian pasar karet di 2023, kata Aziz, pemerintah, pelaku industri, dan semua pemangku kepentingan harus menyiapkan mitigasi khususnya dengan meningkatkan serapan karet di dalam ban ke Amerika Serikat dan Eropa menurun hingga 50 persen karena inflasi yang meroket di negara untuk industri ban, ada banyak produk lain yang berpotensi menyerap karet alam dalam jumlah besar seperti sarung tangan karet, bantalan karet dermaga, karet peredam gempa untuk bangunan atau jembatan, bahan campuran aspal, hingga keset itu masih banyak diimpor dalam bentuk jadi dari luar negeri. Dengan pembatasan impor, produk-produk turunan karet diyakini akan berkembang di dalam ARIYANTO NUGROHOSelain masker dan pelindung wajah, tangan seorang kusir delman wisata di sekitar Jalan Ir H Djuanda, Bogor, dilengkapi sarung tangan karet, Minggu 21/6/2020. Menyelamatkan petaniTantangan terbesar industri karet nasional di tahun 2023 tidak hanya akan terjadi di sektor hilir. Persoalan di hilir dipastikan merembet ke hulu, yakni harga getah karet di tingkat petani yang bisa menurun drastis hingga menyentuh harga tidak wajar yang tidak mencukupi untuk menghidupi mendorong agar industri hilir sebagai ”lokomotif penarik gerbong” bisa memberikan harga yang lebih adil bagi petani dengan didukung regulasi dan kebijakan dari pemerintah. Di awal tahun 2022, harga karet petani masih Rp lalu anjlok mendekati Rp di akhir tahun juga Anjloknya Harga Mengancam, Karet Rakyat Kian DitinggalkanGairah petani menyadap karet menurun. Petani tetap menyadap karetnya karena tidak punya pilihan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sebagian kebun karet dibiarkan telantar karena harga tidak cukup membayar tenaga kerja untuk menyadap semua kebun. Petani hanya menyadap semampu mereka.”Sinergi, kolaborasi, dan komitmen menjadi kunci menanggulangi keterpurukan karet alam di Tanah Air,” Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan, tantangan industri karet yang semakin berat mulai tergambar dari penurunan volume ekspor karet dari Sumut dalam beberapa bulan terakhir ini. Untuk pengapalan karet remah pada November hanya mencapai ton atau menurun 17,5 persen dari Oktober yang masih ton. Pada September, ekspor karet Sumut pun masih ton.”Volume ekspor karet remah Sumut pada November juga jauh dari volume rata-rata, yakni sampai ton per bulan,” kata penurunan ekspor terbesar adalah Amerika Serikat yang turun 55,5 persen dan Brasil turun 30,3 persen dibandingkan Oktober. Faktor penyebab lain adalah pembeli beralih ke negara yang biaya logistiknya lebih kompetitif, yakni Thailand dan SINAGASuadi Purba 49 menebang tanaman karetnya di Desa Bah Damar, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Sabtu 3/11/2018. Petani menebang tanaman karet karena harga yang anjlok. Karet diganti dengan tanaman lain. Sungkunen Tarigan, Ketua Kelompok Tani Mbuah Page di Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, mengatakan, di awal 2022 gairah petani sempat meningkat karena harga sempat menyentuh Rp per kilogram.”Kebun karet yang sudah sempat terbengkalai sudah mulai disadap lagi. Namun, harga yang terpuruk dalam beberapa bulan terakhir ini membuat petani menjadi lesu lagi,” kata berharap harga di tingkat petani bisa meningkat lagi minimal di Rp per kilogram. Menurut dia, harga itu harga minimal agar karet dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Jika tidak, petani akan meninggalkan kebun karet dan beralih ke tanaman lain atau menjadi buruh bangunan untuk sementara juga Harga Karet Petani Anjlok, Ekspor Karet Sumut Merosot EditorSIWI YUNITA CAHYANINGRUM
KomentarArtikel : Sistem pembayaran Indonesia lebih mudah daripada di Amerika Serikat? Apa benar? Begini penjelasannya
PertanyaanIndonesia mampu menghasilkan karet lebih besar daripada Amerika Serikat. Kondisi ini menunjukkan negara Indonesia memiliki keunggulan yang disebut ...Indonesia mampu menghasilkan karet lebih besar daripada Amerika Serikat. Kondisi ini menunjukkan negara Indonesia memiliki keunggulan yang disebut ... Maximum advantage Average advantage Absolut advantage Comparative advantage SSMahasiswa/Alumni Universitas Pendidikan IndonesiaJawabanjawaban yang tepat adalah yang tepat adalah C. PembahasanTeori keunggulan mutlak absolutadvantage yang dikemukakan oleh Adam Smith, menyatakan menurut teori ini suatu negara dikatakan memiliki keunggulan mutlak apabila negara tersebut mampu memproduksi lebih banyak barang daripada negara lain dengan menggunakan sumber daya produksi yang sama. Contohnya adalah padaIndonesia mampu menghasilkan karet lebih besar daripada Amerika Serikat. Jadi, jawaban yang tepat adalah keunggulan mutlak absolut advantage yang dikemukakan oleh Adam Smith, menyatakan menurut teori ini suatu negara dikatakan memiliki keunggulan mutlak apabila negara tersebut mampu memproduksi lebih banyak barang daripada negara lain dengan menggunakan sumber daya produksi yang sama. Contohnya adalah pada Indonesia mampu menghasilkan karet lebih besar daripada Amerika Serikat. Jadi, jawaban yang tepat adalah C. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!7rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!RARiski Ari pratamaIni yang aku cari!KMKavita Meiyara EryantiIni yang aku cari!
Sesungguhnyabangsa besar itu bukan Amerika atau China tapi Indonesia Perdagangan internasional yang melibatkan dua negara, salah satunya akan lebih diuntungkan. Keuntungan dalam perdagangan tersebut ada yang dikenal dengan istilah keuntungan spesialisasi yaitu keuntungan yang diperoleh suatu negara dalam perdagangan internasional akibat adanya suatu kelebihan dari kemampuan sumber dayanya yang menyebabkan negara tersebut sangat efisien dalam menghasilkan suatu produk tertentu. Ada tiga teori yang menjelaskan bagaimana perdagangan internasional antar negara dapat terlaksana dengan saling menguntungkan. Teori keunggulan mutlak absolute advantages, teori ini menjelaskan bahwa suatu negara dikatakan memiliki keunggulan mutlak jika mempu memproduksi suatu barang dengan biaya yang lebih rendah dibanding negara lain. Contohnya suatu negara yang memiliki kekayaan alam dan keahlian penduduk sehingga dapat memproduksi barang tertentu yang lebih murah dibandingkan negara lain. Teori keunggulan komparatif comparative advantages, teori ini merupakan pelengkap dan perbaikan terhadap teori keunggulan mutlak. Negara dianjurkan untuk melakukan spesialisasi produksi pada beberapa produk, berarti tidak memproduksi barang lain. Teori keunggulan kompetitif competitive advantages, yaitu keunggulan yang diperoleh suatu negara karena kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan produk dan jasa sesuai kebutuhan pasar meskipun barang atau jasa yang ditawarkan sama dengan negara lain. Jadi, jawaban yang tepat adalah keunggulan mutlak absolute advantages.
Kesetiaanyang lebih besar 3. Tak mudah terkena aksi /upaya perlawanan dari pesaing 4. Tak mudah kena krisis pemasaran 5. Memberi keuntungan yang lebih besar 6. Lebih inelastic dalam memberi respon terhadap kenaikan harga 7. Lebih elastis dalam memberikan respon pada penurunan harga 8. Punya dukungan dan kerja sama pemasaran yang lebih besar 9.
\n\n\n\n indonesia mampu menghasilkan karet lebih besar daripada amerika serikat
VmMKf.
  • 25w1jh5li3.pages.dev/366
  • 25w1jh5li3.pages.dev/323
  • 25w1jh5li3.pages.dev/241
  • 25w1jh5li3.pages.dev/154
  • 25w1jh5li3.pages.dev/31
  • 25w1jh5li3.pages.dev/158
  • 25w1jh5li3.pages.dev/85
  • 25w1jh5li3.pages.dev/485
  • indonesia mampu menghasilkan karet lebih besar daripada amerika serikat